2012 Era: Pada 29 April 2003, saat peringatan Holocaust, Ariel Sharon, saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Israel, berkata, "Hanya kekuatan (kekuasaan) yang dapat menyelematkan bangsa Yahudi.
"Saya tidak percaya pada penggunaan cara-cara yang menunjukkan kelemahan, seperti diplomasi, perundingan, dan sejenisnya", tegas Ariel Sharon.
Bukan Ariel Sharon saja yang menganut logika berpikir ini. Tiga tokoh Israel saat ini, Tzipi Livni, Benjamin Netanyahu, dan Avigdor Lieberman juga penganut paham seperti Sharon.
Darimana gerangan pemikiran ini bermula? Adalah Vladimir Jabotinsky yang mencetuskan gagasan dan cara berpikir yang keji ini. Siapakah gerangan Jabotinsky?
Gideon Shimony, penulis buku The Zionist Ideology (1995) menyebut Jabotinsky seorang Zioinis yang brilian, orator ulung, yang tumbuh di komunitas Yahudi Rusia.
Teori-teorinya banyak diaplikasikan dalam gerakan Zionisme, terutama dalam penggunaan kekuatan dan segala cara yang memungkinkan untuk mewujudkan impian Zionis, termasuk penggunaan kekerasan. Ralph Schoenman, dalam bukunya The Hidden Agenda of Zionism, juga banyak mengungkap pemikiran Jabotinsky dalam mewujudkan impian Zionis.
Bahkan, kaum Zionis tidak tabu untuk bekerja sama dengan Nazi Jerman, kaum pembantai Yahudi sendiri.
Fakta-fakta kerja sama Nazi Jerman dengan gerakan Zionis untuk menggiring orang Yahudi ke Palestina juga diungkap sejawaran Inggris, Faris Glubb, melalui bukunya, Zionist Relations with Nazi Germany (1979). Semuanya bermula dari Jabotinsky.
Karya tulis Jabotinsky "The Iron Wall" (Tembok Besi), yang diluncurkan pada 4 November 1923, bisa dikatakan sebagai esai dasar bagi seluruh gerakan Zionis. Ia mengemukakan secara tegas premis-premis esensial Zionisme yang telah diletakkan sebelumnya oleh Herzl, Weizmann, atau tokoh Zionis lainnya, meskipun tidak secara jelas.
Gagasan Jabotinsky sangat realistis, dengan memandang Zionisme sebagai suatu imperialisme, sehingga mustahil terjadi kerjasama atau rekonsiliasi antara Yahudi dan Arab. Karena itu, Arab harus dihadapi dengan kekuatan. Schoenman mencatat pemikiran dan sejarah Jabotinsky yang berusaha menggabungkan pemikiran Zionis dan kebejatan moral.
Pembantaian terhadap orang-orang Yahudi sengaja dibiarkan untuk memberikan "legitimasi moral yang besar" kepada Zionisme untuk melakukan hal yang sama terhadap orang-orang Arab.
"Pelajaran dari penghancuran Nazi terhadap Yahudi adalah bahwa sekarang dibolehkan bagi Zionis untuk menyengsarakan seluruh penduduk Palestina." demikian pernyataan Jabotinsky yang paling terkenal.
Ze'ev (Vladimir) Jabotinsky lahir di kota Odessa, Russia, pada 18 Oktober 1880. Umur 18 tahun, dia mempelajari ilmu hukum di Italia dan Swiss, sekaligus juga menjadi koresponden beberapa media terkenal di Russia.
Dalam umur yang sangat muda itu, tulisannya dianggap sebagai sesuatu yang mendobrak, bahkan ia ditahbiskan sebagai salah seorang eksponen Russia yang brilian.
Tahun 1903, terjadi pembunuhan orang Yahudi di Kisinev. Hal inilah yang membuat Jabotinsky mulai menggeluti aktivitas Zionis. Sendirian, dalam usia 23 tahun, mengorganisasi Yahudi seluru Russia. Ia pun menjadi perwakilan Yahudi Russia dalam Kongres Zionis yang ke-6, kongres terakhir dimana Theodor Herzl ikut serta. Dalam periode ini, Jabotinsky aktif dalam penyebaran bahasa dan budaya Ibrani di Russia, bahkan dia mendirikan Universitas Hebrew di Jerusalem.
Usai Perang Dunia I tahun 1941, Jabotinsky berhenti dari kegiatan tulis-menulis dan bersama Joseph Trumpeldor mendirikan Legiun Yahudi di Alexandria. Dari awal Jabotinsky tidak pernah tertarik membentuk unit yang mewah. Maka segera, ia pun merambah pendirian Legiun Yahudi ke London dan Turki.
Sejak tahun 1921, Jabontinsky telah menjadi anggota eksekutif Zionist dan mendirikan "Keren Hayesod". Tahun 1925 ia mendirikan Hatzhohar atay Serikat Revisi Zionist. Serikat inilah cikal bakal yang merumuskan pendirian negara Zionis.
Sepanjang tahun 1928-1929, pekerjaan Jabotinsky hanya berkutat seputar merumuskan aktivitas politik. Tahun 1937, Jabotinsky mendirikan Irgun, sebuah sayap Zionis yang beraliran militer. Ia sendiri menjadi komandannya. Pada periode inilah ia mulai mendiasporakan (menyebarkan) Yahudi ke seluruh penjuru negara Eropa. Ia juga yang pertama mengirimikan Yahudi ke AS dan Inggris. Jabotnisky fasih menguasai berbagai bahasa.
Mulai tahun 1929, ia sudah dilarang untuk memasuki berbagai negara di Eropa, dan sampai akhir hidupnya, ia hidup dengan cara berdiaspora dari satu tempat ke tempat lain. pada 4 Agustus 1940, ketika mengunjungi diam-diam Kamp Betar di New York, ia menderita serangan jantung. Pesan terakhirnya adalah bahwa orang-orang Yahudi harus segera mendirikan negara Zionis Israel.
(sa/berbagaisumber)
0 komentar:
Posting Komentar